Rabu, 21 Mei 2014



ASKEP ASIDOSIS RESPIRATORIK

Laporan Pendahuluan

A.     PENGERTIAN.
Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat)
Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsialkarbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 42 mmHg. Kondisi ini terjadi akibat tidak adekuatnya ekskresi CO2 dengan tidak adekuatnya ventilasi sehingga mengakibatkan kenaikan kadar CO2 plasma. (Smeltzer, 2001)

B.     KLASIFIKASI.
1.      Asidosis Respiratori Akut.
Terjadi jika komponen ginjal belum berjalan dan HCO3- masih dalam keadaan normal.Seperti pada edema pulmonal akut, aspirasi benda asing, atelektasis, pneumutorak, syndrome tidur apnea, pemberian oksigen pada pasien hiperkapnea kronis (kelebihan CO2 dalam darah), ARSP.
2.      Asidosis Respiratorik Kronis.Jika kompensasi ginjal telah berjalan dan HCO3- telah meningkat.Terjadi pada penyakit pulmunari seperti emfisema kronis dan bronchitis, apnea tidur obstruktif.

C.     ETIOLOGI.
1.      Hambatan Pada Pusat Pernafasan Di Medula Oblongata.
a.       Obat-obatan : kelebihan dosis opiate, sedative, anestetik (akut).
b.      Terapi oksigen pada hiperkapnea kronik.
c.       Henti jantung (akut).
d.      Apnea saat tidur.


2.      Gangguan Otot-Otot Pernafasan Dan Dinding Dada.
a.       Penyakit neuromuscular : Miastenia gravis, poliomyelitis, sclerosis lateral amiotropik.
b.      Deformitas rongga dada : Kifoskoliosis.
c.       Obesitas yang berlebihan.
d.      Cedera dinding dada seperti patah tulag-tulang iga.
3.      Gangguan Pertukaran Gas.
a.       PPOM (emfisema dan bronchitis).
b.      Tahap akhir penyakit paru intrinsic yang difus.
c.       Pneumonia atau asma yang berat.
d.      Edema paru akut.
e.       Pneumotorak.
4.      Obstruksi Saluran Nafas Atas Yang Akut.
a.       Aspirasi benda asing atau muntah.
b.      Laringospasme atau edema laring, bronkopasme berat.
5.      Hipofentilasi Dihubungkan Dengan Penurunan Fungsi Pusat Pernafasan Seperti Trauma Kepala, Sedasi Berlebihan, Anesthesia Umum, Alkalosis Metabolic.

D.     MANIFESTASI KLINIS.
Tanda-Tanda Klinis Berubah-Ubah Pada Asidosis Respiratorik Akut Dan Kronis Yaitu:
1.      Hiperkapnea mendadak (kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan perasaan penat pada kepala.
2.      Peningkatan akut pada PaCO2 hingga mencapai 60 mmHg atau lebih mengakibatkan : somnolen, kekacauan mental, stupor, dan akhirnya koma,
3.      juga menyebabkan sindrom metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis (flapping tremor) dan mioklonus (kedutan otot).
4.      Retensi O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti pembuluh darah otak yang terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial dan dapat bermanifestasi sebagai papilladema (pembengkakan dikus optikus yang terlihat pada pemeriksaan dengan optalmoskop).
5.      Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat konsentrasi hydrogen memperburuk mekanisme kompensatori dan berpindah kedalam sel, sehingga menyebabkan kalsium keluar dari sel.
E.     PATOFISIOLOGI.
Gangguan pertukaran gas gas berhubungan dengan retensi CO2,penurunan asupan oksigen hipoventilasi.
Pola napas tidak efektif yg berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal peningkatan pH sel miokard
Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhunbungan dengan peningakatan akut
 
F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium
a.       Gas darah arteri
1)      pH arteri : menurun, kurang dari 7,35-7,45
2)      HCO3 : Normal 24-28 mEq/L
3)      asam laktat : meningkat
4)      bikarbonat :  normal atau meningkat, lebih besar dari 26 mEq/L
5)      PO2 : normal atau menurun
6)      O : Tidak Lebih 3L/menit
7)      PaCO2 : meningkat, > 45 mmHg
b.      EKG : Ditsrimia Jantung
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1.      Analisa gas darah memperlihatkan PaCO2 meningkat, lebih besar dari 45 mmHg (karena peningkatan CO2 adalah peyebab masalah).
2.      Untuk asidosis yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka kadar bikordinat plasma akan meningkat, lebih dari 26 mEa/e, yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal sedang mengekresikan lebih banya H+ dan menyerap lebih banyak baja.
3.      Apabila kompensasi ginjal berhasil, maka PH plasma akan rendah, tetapi berada pada rentang normal. Apabila kompensasi tidak berhasil maka PH memperlihatkan konsentrasi H+ yang tinggi (< 7,35).
4.      PH urine akan menjadi asam (menurun 6,0).
5.      PO2 sama dengan normal atau mengalami penurunan.
6.      Saturasi O2 sama dengan menurun.
7.      Kalium serum sama dengan normal atau meningkat.
8.      Kalsium serum sama dengan meningkat.
9.      Klorida sama dengan menurun.
10.   Asam laktat sama dengan meningkat.
11.  Roentgen dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan.
12.  Pemeriksaan EKG : untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK.

 H.    PENATALAKSANAAN
 1.      Penatalaksanaan Perawat
a)      Pengobatan Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif Secepatnya Dengan :
1)      Pengubahan posisi dengan kepala tempat tidur keatas atau posisi pasien dalam posisi semi fowler (memfasilitasi ekspansi dinding dada).
2)      Latih untuk nafas dalam dengan ekspirasi memanjang (meningkatkan ekshalosi CO2).
3)      Membantu dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan penghisapan jika diperlukan (memperbaiki fentilasi perfusi).
4)      Hidrasi yang adekuat (2-3e/hari) diindikasikan untuk menjaga membrane mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
5)      Kadar O2 yang tinggi (750%) aman diberikan pada pasien selama 1-2 hari bilamana tidak ada riwayat hiperkapnea kronik.
6)      Ventilasi mekanik, mungkin diperlukan jika terjadi krisis untuk memperbaiki ventilasi pulmonary.
7)      Pemantauan gas darah arteri secara ketat selama perawatan untuk mendeteksi tanda-tanda kenaikan PaCO2 dan kemunduran ventilasi alveolar.

2.      Penatalaksanaan medis
a)      Pemberian preparat farmakologi yang digunakan sesuai indikasi. Contohnya : bronkodilator membantu menurunkan spasme bronchial, dan antibiotic yang digunakan untuk infeksi pernafasan.
b)      Tindakan hygiene pulmonary dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernafasan dari mucus dan drainase purulen.





ASUHAN KEPERAWATAN ASIDOSIS RESPIRATORIK

A.    PENGKAJIAN
1.      Pengumpulan data : pasien datang dengan keluhan” sesak napas “
  a.       Identitas pasien
1)      No. Register  :
2)      Nama             : Ny.Cinthia
3)      Jenis  kelamin: Perempuan
4)      Umur             : 35th
5)      Pendidikan    : SMA
6)      Pekerjaan       : wiraswasta
7)      Status             : sudah nikah
8)      Agama           : islam
9)      Alamat           : sugio_lamongan
10)  Tanggal waktu datang :
11)  Orang yang dapat dihubungi …………….. (telp) ……………
12)  Diterima dari………… rumah sakit…………. datang sendiri…. Lain-lain.

b.      Riwayat kesehatan
a)      Keluhan utama
Klien mengatakan bahwa sering merasa pusing.
Klien mengatakan berat badannya turun 5 kg dalam 2 bulan terakhir.
Klien terlihat letih dan lemah.
Mata klien terlihat pucat.
b)      Riwayat kesehatan sekarang
1)      Hal yang mendahului keluhan :
2)      Sifat terjadinya gejala :
3)      Lokalisasinya gejala dan sifatnya :
4)      Berat ringannya keluhan dan perkembangannya :
5)      Lamanya keluhan berlangsung :
6)      Upaya mengatasi
c)      Riwayat kesehatan yang lalu
1)      Riwayat pemakaian jenis obat ………………… jumlah dosis ………… jumlah dosis terakhir ………… pemakainnya …………..
2)      Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami, atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
3)      Lain-lain….
d)     Riwayat kesehatan keluarga/keturunan
(penyakit dari salah seorang anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien saat ini).
e)      Pola/kebiasaan
1)      Pola nutrisi
·         Diet khusus/suplemen :
·         Nafsu makan :
·         Pola makan : teratur
2)      Pola minum : -
3)      Berat badan sebelumnya :     ;   dan  BB terakhir :
4)      Penggunaan gigi palsu : -
5)      Kesukaran menelan :
f)       Pola eliminasi
1)      B.A.B : …. kali/hari, warna …tidak terkaji……….
2)      B.A.K : …. Kali/hari, warna …tidak terkaji……....
g)      Pola aktivitas
1)      Pekerjaan : ibu rumah tangga
2)      Jam kerja :_
3)      Kemampuan melakukan aktivitas :
h)      Personal hygiene
1)      Mandi : -
2)      Berpakaian : -
3)      Rambut : -
4)      Gigi dan mulut : -
5)      Kuku : -
i)        Pola persepsi
1)      Persepsi terhadap penyakit : -
2)      Persepsi terhadap arti kesehatan : -
j)        Pola istirahat
1)      Jam tidur : kurang
2)      Masalah selama tidur : sering begadang
k)      Pola hubungan dan peran
1)      Pekerjaan : pegawai
2)      Status pekerjaan : -
3)      Kemampuan bekerja : -
4)      Hubungan dengan klien : -
5)      Gangguan terhadap peran : -
i)        Pola nilai dan keyakinan
1)      Pantangan dalam agama selama sakit : -
2)      Kebutuhan rohani : -

2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Aktivitas/istirahat
1)      Gejala  : kelelahan
2)      Tanda  : ataksia, kehilangan koordinasi
b.      Sirkulasi
1)      Tanda  : hipotensi
2)      Nadi kuat, kulit hangat berkenaan dengan hivopentilasi menunjukkan vase dilatasi (asidosisi berat)
3)      Takikardia, sianosis.
c.       Makanan/cairan
Gejala        : mual atau muntah

d.      Neurosensori
1)      Gejala  : sakit kepala dangkal, pusing, gangguan penglihatan.
2)      Tanda  : ketakutan, gelisah, tremor, penurunan reflek.
e.       Pernapasan
1)      Gejala : dipsnea dengan pergerahan tenaga
2)      Tanda  : peningkatan upaya pernapasan dengan pernapasan cuping hidung atau menguap
            Penurunan frekuensi pernapasan.Mengi, stridor.

B.     DIAGNOSE KEPERAWATAN

1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan oksigen, hipoventilasi, narcosis CO2.
2.      Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, peningkatan pH sel-sel miokardium.
3.      Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.


 C.     RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi keperawatan pada klien adalah klien tidak mengalami gangguan gas, tidak terjadi peningkatan TIK, tidak ada perubahan napas, dan perfusi jaringan optimal
.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan oksigen, hipoventilasi, narcosis CO2
Tujuan : dalam waktu 1/24 jam setelah diberikan, gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Intervensi
Rasional
Kaji klien yang dicurigai mengalami asidosis respiratorik secara cepat dan tepat
Tujuan penanganan asidosis respiratorik akut adalah memulihkan ventilasi efektif secepatnya dengan memberikan terapi O2 dan mengatasi sebab yang mendasarinya
Istirahatkan klien dengan posisi fowler
Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru optimal.
Istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Cari factor penyebab yang memperberat asidosis respiratorik.
Apabila klien hiperkapsnea kronis mengalami peningkatan PaCO2 secara akut, harus dicari factor-faktor penyebab seperti pneumonia atau emboli paru yang dapat memperberat kelainan yang mendasarinya serta dapat mempercepat terjadinya krisis.
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis serta perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.
Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.
Pantau kadar hemoglobin
Kebanyakan volume O2 ditraspor ke jaringan dalam ikatan hemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan O2dalam darah menurun sebagai akibat ventilasi mekanik dan suplemen akan minimal. Pengukuran berkala hemoglobin perlu untuk kalkulasi kandungan O2 yang akan menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah merah.
Beri O2 4 liter/menit
Pemenuhan O2 pada klien yang mengalami hipoksemia
Kolaborasi pemilihan pemberian cairan
Mekanisme pathogenesis peningkatan permeabilitas alveokapiler mengakibatkan edema interstitial dan alveolar. Pemberian cairan yang berlebihan pada orang normal dapat menyebabkan edema paru dan gagal pernapasan. Pilihan koloid versus cairan kristaloid unutk menggantikan terapi  masih controversial. Meskipun perkembangan teknologi, pengukuran berat badan harian akurat (kecenderungan) sering merupakan indicator penting terhadap ketidakseimbangan cairan.
Tujuan utama terapi cairan adalah untuk mempertahankan parameter fisiologis normal.
Kolaborasi untuk memantau gas darah secara ketat
Pemeriksaan secara berkelanjutan dan ketat akan melihat dengan cepat perkembangan setelah mendapat intervensi.
Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik.
Pemberian ventilasi mekanik jika terjadi krisis. Perhatian yang besar harus ditunjukkan dalam pemberian Opada klien-klien hiperkapnea kronis.

Pola napas tidak efektif yang berhubunagn dengan gangguan konduksi elektrikal, peningkatan pH sel-sel miokardium.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Intervensi
Rasional
Auskultasi bunyi napas (krakles)
Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
Kaji adanya edema.
Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
Istirahatkan klien dengan posisi fowler
Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru optimal. Istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga meransang dieresis karena berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen. Frekuensi jantung menurun yang akan memperpanjang waktu diastole pemulihan, sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.
Ukur intake dan output.
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi air/air, dan penurunan pengeluaran urine.
Timbang berat badan
Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
Pertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
Kolaborasi :
-          Pantau data laboratorium elektrolit kalium.
Hipokalemi dapat membatasi keefektifan terapi.

Penurunan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 perfusi jaringan otot dapat tercapai secara optimal.
Intervensi
Rasional
Baringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.
Pantau tanda-tanda neurologis dengan GCS.
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada hipertensi sistolik.
Pada keadaan normal, autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vascular serebral yang dapat di manifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolic. Sedankan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.
Aktvitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava.
Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intracranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Ransangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik/perdarahan lainnya.
Kolaborasi :
-          Berikan cairan per infuse dengan perhatian ketat.

-          Monitor natrium serum.

Meminimalkan fruktuasi pada beban vascular dan tekanan intracranial, retriksi cairan dapat menurunkan edema serebral.
Monitor kadar natrium serum dan dengan mengobservasi perubahan-perubahan dalam tanda-tanda neurologis.

D.    IMPLEMENTASI

1.      Mengkaji pasien terhadap asidosis respiratorik.
2.      Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi fowler
3.     Mencari factor penyebab yang memperberat asidosis respiratorik.
4.      Membuat manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung
5.      Mengevaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis serta perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.
6.      Memantau kadar hemoglobin
7.      Memberikan O2 4 liter/menit
8.     Mengauskultasi bunyi napas (krakles)
9.      Mengkaji adanya edema.
10.  Mengistirahatkan klien dengan posisi fowler
11.  Mengukur intake dan output.
12.  Menimbang berat badan
13.  Mempertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular.
14.  Membaringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
15.  Memantau tanda-tanda neurologis dengan GCS.
16.  Memonitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada hipertensi sistolik.
17.  Membantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untukmengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.
18.  Menganjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
19.  menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Kolaborasi :
1.      Memantau gas darah secara ketat
2.      memberikan ventilasi mekanik.
3.      Memberikan cairan per infuse dengan perhatian ketat.
4.      Memonitorkan natrium serum.

E.     EVALUASI  

1.      Dx 1 :
Hasil yang diaharapkan
a.       Melaporkan tak adanya /penurunan dipsnea
b.      Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan
c.       Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
d.      Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 ± 0,005 : HCO3 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO2 40 mmHg
2.      Dx 3 :
Hasil yang diharapkan
a.       klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit respons batuk berkurang.
3.      Dx 4 :
Hasil yang diharapkan
a.       klien tidak gelisah; tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS 4,5,6; pupil isokor; refleks cahaya (+).
b.      Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali per menit, suhu : 36-36,7o C, pernapasan 16-20 kali permenit),
c.       serta klien tidak mengalami deficit neurologis seperti lemas, agitasi, iritabel, hirefleksia, dan spastisitas dapat terjadi serta akhirnya timbul koma, kejang.




DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner  & Suddarth. Ed. 8. Jakarta:EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Peratawan Pasien. Ed.3. Jakarta. EGC
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M., Resenberg, M.T,. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC), second edition, Mosby; USA
Mutaqqin, Arif. 2009, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi, Jakarta: Salemba Medika
hhtp://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/0001-asidosis-respiratorik.pdf